S P A S I

Selasa, 06 Desember 2011

Trolley Problem

Membaca dari media pagi ini, saya dikejutkan dengan berita mengenai etika dan logika manusia. Sub judul yang provokatif menarik perhatian saya, dengan sub judul : 90% responden memilih selamatkan 5 orang yang bersalah daripada 1 orang yang tak bersalah.

Penelitian ini dilakukan dengan simulasi yaitu peserta simulasi diandaikan sebagai masinis sebuah kereta api. Selanjutnya kereta api yang dikemudikannya akan menabrak 5 orang yang berjalan kaki di rel yang salah. Atau 1 pejalan kaki dilajur yang benar. Responden diminta untuk memilih apakah mereka akan memindahkan kereta ke jalur lain demi menyelamatkan 5 orang yang melanggar aturan tersebut. Namun demikian, jika responden memindahkan kereta ke jalur lain, maka risikonya kereta akan menabrak satu orang yang berjalan kaki di tempat yang benar. Ternyata, 90 persen responden penelitian tersebut memilih untuk memindahkan kereta ke jalur yang tidak seharusnya dan membunuh satu orang yang berjalan di jalur yang benar demi menyelamatkan 5 orang yang berjalan di jalur yang salah.



Ada beberapa pemikiran yang langsung muncul dibenak saya, apakah nyawa 5 orang yang bersalah lebih berharga dari nyawa 1 orang yang benar. Atau memang kuantitas atau jumlah menjadi pengangan untuk mengambil keputusan dibanding benar atau salah. Semua responden mempunyai keputusannya masing-masing, tetapi 90 persen dari responden mengambil keputusan menyelamatkan 5 nyawa dari pada 1 nyawa.

Untuk kasus simulasi diatas memang keadaan akan mengarahkan kepada keputusan terbanyak diatas, selain karena waktu yang cukup singkat dalam mengambil keputusan sehingga faktor jumlah menjadi lebih berperan.

Akhirnya kesimpulan saya, jangan mengandalkan manusia karena manusia hanya melihat yang terlihat saja, hikmat manusia begitu dangkal.

(Roma 11:33) O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya!

Kamis, 24 November 2011

900 Bulan

Secara tidak sengaja saya mencoba-coba mencari suatu software yang unik di Android market. Tidak diduga saya menemukan suatu aplikasi dalam kategori manajemen yaitu aplikasi 900 bulan. Menurut hitungan kemungkinan hidup manusia adalah 900 bulan atau 75 tahun.

Menurut presepsi saya 75 tahun cukup lama karena melewati 1 tahun memang terasa cukup lama. Tetapi bila di konversikan ke bulan hanya 900 bulan, tidak sampai 1000 bulan. Mungkin karena terpengaruh lagu-lagu cinta yang sering mendendangkan 1000 bulan akan kulalui bersamamu, padahal kalau diijinkan Tuhan baru terlaksana .. karena umur manusia itu singkat 900 bulan.
 
(Ayub 14:1) Manusia yang lahir dari perempuan, singkat umurnya dan penuh kegelisahan.

Minggu, 21 Agustus 2011

Kudus

Banyak orang masih salah mengartikan kata Kudus, seperti saya sebelum ini. Didalam pikiran saya kudus adalah usaha saya untuk bertindak suci atau benar. Kudus dalam pengertian tersebut lebih daripada tindakan kita, kita berusaha untuk menjaga hati kita, sikap kita dan sebagainya seorang diri. Akhirnya kita mendapatkan usaha yang kurang dalam untuk hal kekudusan, kata-kata Kudus jadi kurang bermakna atau bias. Baru belakangan ini saya mendapat pencerahan dari kotbah seorang pendeta, bahwa kata Kudus mempunyai makna yang lebih dalam dan bermakna tinggi.

Kudus dalam bahasa aslinya "Kadosh" artinya yang dipisahkan atau yang dikhususkan. Makna dari hal tersebut menyatakan bahwa sifat kudus merupakan usaha untuk mengkhususkan diri kita kepada seseorang, dalam hal ini Tuhan, karena Tuhanlah yang telah memilih kita dari sekian banyak pilihan. Jadi ada hubungan timbal balik dari makna tersebut.

Makna kedua dari kata Kudus, adalah pemilihan atau pemisahan dari banyak pilihan yang ada. Menjadi Kudus adalah usaha kita untuk memilih dan kemudian memisahkan diri kita dari yang lainnya untuk Tuhan. Menjadi Kudus adalah usaha yang terus menerus untuk menjaga sikap, tindakan dan pemikiran kita kepada Tuhan dari kebanyakan pilihan yang ada.

Contoh untuk Kudus ini seperti perumpamaan dua orang kekasih yang saling jatuh cinta, seorang mengkhususkan dirinya untuk pasangannya, diantara banyak pilihan yang ada. Mungkin ada yang coba untuk mengoda atau menggangu hubungan tersebut, tetapi satu dengan yang lainnya berusaha menjaga hatinya .. demikianlah makna Kudus tersebut. Pengkhususan diri ini teramat indah dan amat dalam. Itulah perintah Tuhan kepada kita umatNya ...

Kuduslah kamu bagi-Ku, sebab Aku ini, TUHAN, kudus dan Aku telah memisahkan kamu dari bangsa-bangsa lain, supaya kamu menjadi milik-Ku. (Imamat 20:26)

Minggu, 24 Juli 2011

Keluarga Harmonis

Kotbah bulan ini di Gereja saya bertemakan keluarga. Keluarga merupakan institusi pertama yang dibentuk oleh Tuhan. Keluarga terbentuk oleh laki-laki dan perempuan yang sepakat untuk hidup bersama dan bertujuan untuk mempunyai keturunan. Beranak cucu dan bertambah banyak adalah perintah Tuhan kepada manusia, itu dibentuk melalui keluarga.

Tidak dipungkiri menyatukan dua jenis manusia dalam satu wadah, merupakan suatu pekerjaan yang berat. Laki-laki dengan sifat maskulinnya, dan perempuan dengan sifat feminimnya bila dipersatukan akan saling bertabrakan, tetapi di lain pihak kedua sifat tersebut juga saling melengkapi. Yang diharapkan oleh Tuhan supaya kedua sifat tersebut saling mengisi dan mendukung, tetapi sebaliknya iblis memanfaat perbedaan tersebut untuk saling menjatuhkan.

Dalam kitab suci dikatakan :
Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan. Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia. (Kolose 3: 18-19)

Urutan dalam kitab suci tersebut sudah paling benar, yaitu istri-istri tunduklah kepada suami, daripada meminta suami untuk mengasihi terlebih dahulu, karena menurut seorang pakar psikologi lebih mudah seorang wanita untuk berubah dibandingkan seorang pria. Menunggu laki-laki berubah lebih susah daripada menunggu perempuan berubah. Dan menurut pengalaman hidup saya lebih banyak keluarga yang dimenangkan oleh seorang wanita daripada seorang laki-laki.

Sabtu, 02 Juli 2011

Melihat Kulitnya

Jangan melihat buku dari Covernya, merupakan nasihat yang mungkin pernah kita dengar. Artinya jangan kita menilai sesuatu dari tampak luarnya, karena tampak luar sering kali menipu. Yang terlihat dipermukaan mungkin tidak sama dengan yang ada didalamnya.

Dalam kehidupan sekarang yang serba cepat, kita sering diperhadapkan dengan menilai sesuatu. Tampak luar menjadi barometer kita untuk melihat, ditambah dengan teori-teori marketing sekarang yang lebih mengutamakan penampilan luar. Maka tidak heran makin hari manusia lebih mengutamakan yang kelihatan daripada yang tidak kelihatan. Manusia beramai-ramai memperindah penampilan dan tampak luar. Supaya kelihatan kaya, maka membeli barang-barang yang mewah meskipun dengan cara meminjam. Akhirnya terjebak dengan kesulitan yang dibuat sendiri.

Ada lagi fenomena yang lucu menurut saya, sekarang banyak manusia entah itu laki-laki atau perempuan, beramai-ramai mempercantik diri dengan alasan supaya terlihat indah. Salon-salon kecantikkan menjamur dimana-mana akibat propaganda tersebut. Mempercantik diri tidak salah menurut Firman Tuhan .. tetapi bila sudah menjadi kecanduan akhirnya akan kecewa sendiri.

Ada sebuah tayanagn Televisi yang berjudul Before and After, disitu digambarkan bagaimana artis Hollywood tahun 80an dengan kecantikandan kegantengannya ketika berumur 20-30 tahun, dibandingkan dengan keadaan sekarang yang sudah berumur 50-60 tahun. Tubuh dan wajah yang indah sekarang sudah tertutup dengan lemak dan kriput dimana-mana.

Tuhan sudah jauh hari mengingatkan manusia akan fenomena ini, karena Tuhan sang pencipta mengerti benar sifat-sifat manusia. Manusia yang merupakan mahluk yang paling tinggi derajatnya diciptakan Tuhan punya pengetahuan, harusnya pengetahuan itu membuat manusia mengerti bahwa yang kelihatan di luar itu sebenarnya terpancar dari dalam.

Perhiasanmu janganlah secara lahiriah, yaitu dengan mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas atau dengan mengenakan pakaian yang indah-indah, tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah. (1 Pet 3:3-4)

Jumat, 01 Juli 2011

Mati Modom

Belakangan ini saya diperhadapkan dengan banyak kasus meninggalnya seseorang. Awal bulan ini saya dikagetkan dengan berita meniggalnya seorang panutan yang menurut umurnya masih muda sekitar 45 tahun, beliau meninggal dalam keadaan tertidur. Tidak lama kemudian saya mendapat kabar ada seorang keluarga dekat yang meninggal karena sakit kanker, belum lagi mendengar diberita ada seorang TKI yang dipaksa meninggalkan dunia dengan cara dipancung.

Banyak cara orang akan meninggal, ada yang tiba-tiba, ada yang sudah diperkirakan. Ada yang memakan biaya cukup tinggi, ada yang tanpa memakan biaya. Orang akhirnya menghubung-hubungkan bagaimana seorang meninggal dengan kehidupan masa lalunya. Ada yang bilang, bila matinya sakit-sakitan dan cukup lama, orang tersebut dianggap semasa hidupnya berlaku kurang baik, atau sering melakukan kecurangan-kecurangan. Bila meninggalnya tenang, orang tersebut orang baik-baik.Ya itu adalah angapan orang. Toh semua orang akan meninggal ... hehehe ... Yang mau saya cermati disini bukan itu.

Banyak cara untuk meninggal, seperti pepatah banyak jalan menuju Roma. Kalau menuju Roma, mungkin kita bisa memilih jalan mana yang akan kita ambil. Lewat barat atau lewat timur. Untuk meninggal bisakah kita memilih caranya?

Kalau bisa memilih saya mau memilih meninggal dengan cara modom (bahasa batak yang artinya tidur). Jadi salah satu doa saya kepada Tuhan, Tuhan nanti kalau saya meninggal biarlah saya Mati Modom, meninggal ketika tidur tanpa sakit tanpa kekecewaan dan tanpa beban .. :-)

Minggu, 26 Juni 2011

Perbuatan Terakhir

Dalam perjalanan pulang ke rumah bersama istri, muncul suatu diskusi yang menarik. Misalnya suatu ketika kita diberitahu oleh Tuhan bahwa hidup anda tinggal 1 bulan lagi, apa yang anda lakukan?

Sebenarnya kejadian ini terjadi kepada orang-orang tertentu diantara kita. Saya pernah mendengar ada seorang anak kecil yang menderita kanker yang di vonis dokter hidupnya tidak lama lagi, anak tersebut tetap belajar meskipun keadaanya demikian, ada penderita kanker yang lain menghabiskan waktunya dengan berbagi untuk sesama atau yang lainnya berlibur kesuatu tempat yang dirindukannya.

Kesempatan terakhir memicu manusia untuk melepaskan semua keinginannya di dunia ini, seolah-olah tidak rela untuk meninggalkan semuanya. Banyak manusia takut akan kematian disebabkan mereka sebenarnya takut meninggalkan dunia ini. Padahal seperti yang kita ketahui bahwa hidup didunia ini adalah sebuah persinggahan yang akhirnya pasti akan kita lepaskan juga.

Inti dari pertanyaan tersebut bahwa waktu yang diberikan kepada kita manusia pasti akan habis.. hanya beberapa manusia saja yang diberitahu kapan waktu tersebut habis. Untuk saya pribadi ketika waktu itu datang .. saya sudah siap meninggalkan semua keiginan saya, dan meninggalkan dunia ini dengan tenang ..

Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal. (Yoh 12:25)

Sabtu, 25 Juni 2011

Buah Roh atau buah-buah Roh?

Pemahaman kita tentang pekerjaan Roh Kudus tidak bisa kita lepaskan dari hasil pekerjaanNya. Pekerjaan Roh Kudus bisa dilihat dari buah Roh bukan buah-buah Roh. Buah Roh mengacu kepada satu jenis buah, sedangkan buah-buah Roh mengacu kepada banyak buah.

Kutipan dari Galatia 5:22-23
Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.

Dalam ayat tersebut jelas disebutkan buah Roh bukan buah-buah Roh. Beda dengan pemikiran saya selama ini seperti ada buah kasih, ada buah sukacita, ada buah damai sejahtera dan-lain-lain. Sehingga saya mempunyai konsep bahwa dalam diri seseorang ada yang berkembang buah kasihnya sedang buah sukacitanya belum, atau ada yang terlihat buah kesestiaannya yang tumbuh sedangkan buah sabarnya belum. itu rupanya salah!

Buah Roh itu satu yaitu kasih, sukacita, damai sejahtera kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.. itu merupakan satu buah, jadi untuk menjelaskan konsep diatas harusnya seperti ini : mungkin yang baru menonjolnya rasa sukacitanya yang lain sudah ada tetapi belum terasa. Mangga yang masih kecilpun sudah dibilang buah mangga. Jadi dalam proses waktu buah itu akan membentuk karakter yang disebutkan tadi yaitu kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.

Dari kesemua itu, sebenarnya Kasihlah yang menjadi intinya .. makanya ada istilah kasih itu murah hati, kasih itu sabar, kasih itu setia dan seterusnya.

Jadi buah Roh bukan buah-buah Roh!




Roh Kudus bekerja sampai sekarang

Memperingati Turunya Roh Kudus (hari Pantekosta) tahun 2011, kembali kita diingatkan bahwa kita berada dijaman akhir, sebelum Tuhan Yesus datang kembali dengan cara yang sama seperti Dia naik.

Sebelum Tuhan Yesus naik ke Surga, Dia memberikan wejangan bahwa kita umat Tuhan tidak ditinggal sendiri, karena ada Roh Kudus yang akan membimbing kita. Pencurahan Roh Kudus lima puluh hari setelah Tuhan Yesus disalib dinamakan hari Pentakosta (atau hari ke 50). Roh Kudus dicurahkan sekali saja untuk selamanya, Pantekosta merupakan hari peringatan pencurahaanya.

Yang menjadi konsen kita apakah Roh Kudus bekerja didalam kita? Ada satu ilustrasi yang menarik yang saya dapat. Roh Kudus sudah ada dan tetap ada untuk selama-lamanya. Mengapa ada beberapa orang yang tidak merasakan adanya Roh Kudus? Ibarat Stasiun Radio yang memancarkan siaran pada frequensi tertentu, maka hanya radio-radio yang mengarahkan frequensinya kepada frequensi stasiun Radio yang mendapatkan siarannya. Demikian juga untuk orang-orang yang tidak merasakan Roh Kudus, karena mereka tidak mengarahkan hatinya kepadaNya.

Ilustrasi kedua, seperti oksigen yang tidak kelihatan atau tidak berasa dan berbau yang merupakan bahan utama kita untuk hidup. Mengapa kita pernah melihat ada orang yang tiba-tiba mati karena sesak napas atau kekurangan oksigen, bukan karena oksigennya yang tidak ada tetapi organ tubuh manusia tersebut yang terganggu entah hidung atau jantungnya yang berhenti bekerja. Demikianlah keberadaan Roh Kudus, Roh Kudus sudah dicurahkan!!

Semuanya itu Kukatakan kepadamu, selagi Aku berada bersama-sama dengan kamu; tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu. Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu. (Matius 26:26-27)

Persiapan yang tidak terlihat

Haile Gebrselassie, merupakan pelari marathon asal Ethopia Afrika memegang tropy kejuaraan lari marathon hampir disetiap kejuaraan dunia, memegang dua medali emas di Olimpiade untuk lari diatas 100 Km.

Gabriel bisa lari dengan kecepatan yang stabil menempuh puluhan kilometer, bagi saya itu merupakan pekerjaan yang sangat sulit, berlari untuk 1 kilometer saja sudah terasa lelah dengan napas yang berpacu cukup cepat, selidik punya selidik rupanya dari masa kecil Gabriel, sudah berlari dari rumah menuju sekolah yang berjarak 10 kilometer.

Setiap hari berlari kesekolah dengan jarak yang cukup jauh, awalnya mungkin terasa berat dan susah. Rupanya pengalaman tersebut menjadi persiapan bagi Gabriel muda untuk menjadi pelari marathon dunia. Berlari puluhan kilometer tidak menjadi masalah lagi buat dia.

Dalam setiap kesengsaraan ada hikmat yang akan kita tuai nantinya. Gabriel kecil yang berlari puluhan kilometer tiap hari kesekolah, mempersiapkannya untuk menjadi pelari marathon dunia.

Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita. (Roma 5:3-5)

Sabtu, 23 April 2011

Iba atau turut merasakan?

Setelah sekian lama merenungkan paradoks kehidupan, bahwa orang yang layak diberi adalah orang yang tidak meminta, tetapi orang yang meminta seharusnya tidak perlu diberi. akhirnya saya mendapastkan kata-kata yang cukup tepat menurut saya, meskipun tidak langsung bersingungan dengan hal tersebut.

Jangan Iba, tetapi turutlah merasakan.
Iba didalam bahasa Indonesia lebih diartikan kasihan. Seperti kasihan dia tidak seperti kita .. bisa makan 3 kali sehari .. mereka 3 hari sekali! Dengan pikiran seperti itu, maka didalam hati kita seolah-olah penderitaan tidak makan merupakan suatu hal yang hina, padahal dalam pandangan Kristen semua pengalaman hidup manusia entah itu suka maupun duka semuanya membawa berkat untuk orang yang mengalaminya. Dengan Iba atau kasihan bisa membuat berkat yang akan diterima orang tersebut menjadi berkurang.

Sekali lagi jangan Iba, tetapi turut merasakan ...

Kekuasaan dan Uang

Memperingati Jumat Agung tahun 2011, kembali saya mendapat beberapa pencerahan. Mengapa Yesus yang merupakan sosok yang baik yang melakukan pekerjaan-pekerjaan : menyembuhkan orang sakit, memberi makan ribuan orang, memberikan penghiburan bagi yang sedih, dan memberikan nasihat yang baik tentang hidup .. harus mati dikayu salib .. disejajarkan dengan para perampok dan penjahat kelas kakap.

Kematian dikayu salib merupakan salah satu kematian yang paling ekstrim saat itu, selain mengalami penyiksaan yang terus menerus secara fisik, dipertontonkan dihadapan orang-orang banyak membuat penyiksaan tersebut menjadi berlipat ganda, penyiksaan lahir dan batin. Mengapa Orang yang kita tahu dalam hidupnya berbuat baik dan banyak menolong orang harus diperlakukan seperti itu?

Kuasa adalah jawabannya!
Tuhan Yesus membawa kuasa, pengajaran-pengajarannya dan perbuatannya memberikan bukti bahwa Tuhan Yesus berkuasa, Dia berkuasa untuk : menyembuhkan orang sakit, menghidupkan orang mati, mengubah air menjadi anggur dan banyak mujizat lainnya. Bukan perbuatan baik Tuhan Yesus yang mereka takuti tetapi Kuasa yang Dia miliki menjadi penyebabnya. Tidak heran bila kekuasaan menjadikan manusia lupa daratan, dan bertindak seperti binatang!

Pertanyaan kedua, mengapa Yudas Iskariot yang merupakan murid Tuhan Yesus, yang kehidupan sehari-harinya sangat dekat dengan Dia, berniat menyerahkan Gurunya untuk di siksa, apakah pengajaran-pengajarannya tidak kurang baik secara manusia? Apakah penyebab dibalik hal itu?

Uang adalah jawabannya!
Dengan niat untuk mendapatkan beberapa uang, Yudas Iskariot berani berhianat, membalas kebaikan yang selama ini diterima dengan tindakan yang diluar pikiran humanisme! Uang sudah mengelapkan Yudas Iskariot akan arti kebenaran dan kebaikkan.

Kekuasaan dan Uang, merupakan dua hal pemicu terjadinya Jumat Agung. Dan saya percaya melalui kedua hal tersebut Allah bekerja untuk menggenapkan rencanaNya, yaitu penebusan Dosa manusia. Manusia mustahil bisa menyelamatkan dirinya dari hukuman dosa, tetapi melalui kematian Tuhan Yesus dikayu salib, Allah melihat pengorbanan tersebut.

Hati-hati dengan addicted kekuasaan dan uang.

Jumat, 01 April 2011

Mau Tinggi Harus Naik

Pernyataan tersebut sederhana dan merupakan pernyataan yang umum kita ketahui. Bila ingin kelihatan atau tinggi harus naik ke atas, naik keatas membutuhkan waktu dan kerja keras karena melawan gaya grafitasi.

Menonton acara kick-andy minggu kemarin tentang pencapaian-pencapaian enterprenaur muda, ada satu benang merah yang saya dapatkan, mereka semua berusaha dangan keras mencapai cita-citanya, tidak ada satupun dari mereka mendapatkan hasil yang gemilang tanpa perjuagan. Waktu memproses semua kerja keras menjadi hasil yang terlihat.

Ada 3 resource, dalam teori bisnis yang perlu ada untuk mencapai keinginan kita, yaitu uang, network dan waktu. Dari ketiga resource tersebut menurut saya yang paling utama adalah waktu. Uang dapat dicari atau didapat dari pinjaman, network dapat dibangun tapi waktu, waktu sudah ada untuk semua orang dan semua orang mempunyai waktu yang sama 24 jam sehari.

Tuhan adil, resource yang paling utama diberikan sama untuk semua orang. Tetapi hanya sedikit orang yang mengerti bahwa waktu adalah resource yang paling berharga. Kembali kepada cerita para enterprenaur muda diatas, terlihat bagaimana mereka benar-benar memanfaatkan resource waktu dengan effisien sehingga menghasilkan yang mereka cita-citakan.

Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana. (Mazmur 90:12)

Bila punya cita-cita, harus berani berjuang untuk mewujudkannya dan kita sudah dibekali resource tersebut yaitu waktu. Manfaatkanlah waktu dengan effisien.

Kamis, 31 Maret 2011

Otoritas

Membaca kisah hidup Raja Daud, saya mendapat satu pelajaran yang berharga. Pertanyaan mengapa Raja Daud menjadi orang pilihan Tuhan? dan mengapa Daud muda sudah diurapi untuk menjadi Raja Israel? Salah satu jawabannya mungkin adalah pengenalan akan Otoritas. Semasa hidupnya setidak-tidaknya ada dua kejadian yang menunjukan bagaimana Daud mengerti benar masalah Otoritas.

Sebelum jauh, sebenarnya apasih yang dimaksud dengan Otoritas itu? Secara sederhana, Otoritas merupakan kata yang menunjukkan posisi seseorang terhadap yang lainnya. Kata Otoritas mengungkapkan hubungan antar individu seperti manusia dengan Tuhan, Orang tua dengan Anak, atasan dengan bawahan dan seterusnya. Daud mengerti benar posisinya sebagai manusia terhadap Tuhan, dan posisinya diantara sesama.

Kejadian Daud mengalahkan Goliath yang tersohor itu, merupakan salah satu bukti bahwa Daud mengerti benar makna Otoritasnya sebagai manusia. Tuhan adalah pencipta semua mahluk, Tuhan tidak bisa diremehkan oleh seorang manusiapun. Goliath yang berbadan besar seperti raksasapun tidak bisa seenaknya mengejek Tuhan. Dan terbukti dengan bantuan Tuhan, Daud dapat membunuh Goliath dengan ali-alinya.

Tetapi Daud berkata kepada orang Filistin itu: "Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama TUHAN semesta alam, Allah segala barisan Israel yang kautantang itu.Hari ini juga TUHAN akan menyerahkan engkau ke dalam tanganku dan aku akan mengalahkan engkau dan memenggal kepalamu dari tubuhmu; hari ini juga aku akan memberikan mayatmu dan mayat tentara orang Filistin kepada burung-burung di udara dan kepada binatang-binatang liar, supaya seluruh bumi tahu, bahwa Israel mempunyai Allah, (1 Samuel 17:45-46)

Kejadian kedua, mengenai hubungannya dengan Saul. Daud yang mengerti kedudukannya sebagai bawahan tidak berani membunuh Saul yang membencinya, meskipun ada kesempatan. Karena Daud mengerti benar bahwa Saul mempunyai Otoritas dari Tuhan. Saul juga pernah diurapi Tuhan. Meskipun diakhir hidupnya Saul jauh dari Tuhan.

lalu berkatalah ia kepada orang-orangnya: "Dijauhkan Tuhanlah kiranya dari padaku untuk melakukan hal yang demikian kepada tuanku, kepada orang yang diurapi TUHAN, yakni menjamah dia, sebab dialah orang yang diurapi TUHAN." (1 Samuel 24:7)

Dari cerita tersebut dapat kita ambil hikmatnya, masing-masing kita hidup didunia ini saling terkait satu sama lain dan masing-masing kita diberikan otoritasnya, seperti saya mempunyai kedudukan sebagai anak dari orang tua saya, kedudukan sebagai anak sulung diantara saudara-saudara saya, kedudukan sebagai kepala keluarga, kedudukan sebagai suami bagi istri saya, kedudukan sebagai ayah untuk anak saya, kedudukan jadi atas untuk anak buah saya, serta kedudukan menjadi bawahan bagi atasan saya .. dan banyak lagi. Hendaknya kita bisa meresapi otoritas yang sudah Tuhan berikan. Terpujilah Tuhan.


Selasa, 08 Maret 2011

Waktu dan Hikmat

Ketika berjalan melewati pemakaman umum, tidak dipungkiri mata kita akan tertuju pada nisan-nisan yang berjajar rapi, bertuliskan nama, tanggal lahir dan tanggal meninggal. Ketika membaca satu persatu nisan yang kita lewati tidak dipungkiri juga kita mulai berhitung berapa lama orang tersebut hidup didunia ini, ada yang sudah tua ada juga yang mati masih muda.

Nisan-nisan di pemakam menggambarkan betapa fananya hidup manusia itu. Semua manusia akan mengalami proses kematian dan akhirnya yang tertinggal hanya nisan yang bertuliskan nama, tanggal lahir dan tanggal meninggal. Sehingga terbesit didalam hati, untuk apakah sebenarnya manusia hidup Tuhan? yang akhirnya akan mati dan meninggalkan semua yang sudah diusahakannya.

Tanggal lahir dan tanggal meninggal, menunjukkan waktu berapa lama kesempatan yang sudah Tuhan berikan kepada kita. Apakah waktu tersebut membuat kita menjadi makin berhikmat atau malah sebaliknya. Seperti dalam kitab pengkotbah berkata :

Sebagaimana ia keluar dari kandungan ibunya, demikian juga ia akan pergi, telanjang seperti ketika ia datang, dan tak diperolehnya dari jerih payahnya suatupun yang dapat dibawa dalam tangannya. Inipun kemalangan yang menyedihkan. Sebagaimana ia datang, demikianpun ia akan pergi. Dan apakah keuntungan orang tadi yang telah berlelah-lelah menjaring angin? Malah sepanjang umurnya ia berada dalam kegelapan dan kesedihan, mengalami banyak kesusahan, penderitaan dan kekesalan. Lihatlah, yang kuanggap baik dan tepat ialah, kalau orang makan minum dan bersenang-senang dalam segala usaha yang dilakukan dengan jerih payah di bawah matahari selama hidup yang pendek, yang dikaruniakan Allah kepadanya, sebab itulah bahagiannya. Setiap orang yang dikaruniai Allah kekayaan dan harta benda dan kuasa untuk menikmatinya, untuk menerima bahagiannya, dan untuk bersukacita dalam jerih payahnya--juga itupun karunia Allah. Tidak sering ia mengingat umurnya, karena Allah membiarkan dia sibuk dengan kesenangan hatinya. (Pengkotbah 5:15-20)

Rabu, 02 Maret 2011

Kematian

Satu hal yang pasti didunia ini adalah kematian. Kematian pasti akan dialami oleh semua manusia, cepat atau lambat, suka ataupun tidak suka. Tanggal 24 Feb yang lalu keluarga kami ditimpa peristiwa tersebut. Meninggalnya Ibu mertua saya, yang dipanggil Tuhan lebih dahulu terasa sangat mendadak. Awalnya hanya sakit kecil saja, tidak bisa makan seperti gejala masuk angin, tetapi siapa tahu bahwa sakit tersebut membawa kematian buat ibu mertua saya.

Kami yang ditinggalkan hampir lupa bahwa kematian adalah sesuatu yang pasti, dan itu semua adalah dalam otoritas Tuhan. Perasaan sedih ditinggal orang yang dekat membuat hati gundah gulana, mengingat-ingat perbuatan yang pernah dilakukan membuat kita jadi rindu, dan akhirnya sedih karena tidak bisa berjumpa lagi dalam waktu yang cukup lama.

Tubuh yang kita gunakan nantinya akan berhenti beraktifitas. Terbujur kaku dan lambat laun membusuk. Harta dan kepemilikan yang kita usahakan tidak berguna lagi. hanya kebaikan yang mengantar kita kepada peristirahatan terakhir. Karena kita tidak bisa masuk ke liang kubur dengan sendirinya. Dan yang paling penting bagi kita orang percaya , bahwa kepercayaan kita kepada Tuhan Yesus menentukan tempat kita untuk selamanya.

Seperti perkataan Tuhan Yesus sebelum naik ke Surga (belum pernah saya mendengar perkataan segamblang ini tentang Surga ):

Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada. (Yoh 14:2-3)


Kematian adalah jalan menuju kepada kehidupan yang kekal. Tanpa kematian mustahil kita bertemu dengan Tuhan. Dengan pengertian tersebut sedikit demi sedikit, rasa sedih ditinggalkan karena rindu menjadi sirna karena harapan akan bertemu kembali kelak di Surga.

Selamat jalan Inang, sampai bertemu kembali di Surga.

Selasa, 15 Februari 2011

Bila Semua Permintaan Terkabulkan

Pernyataan di judul tersebut, merupakan bahan renungan saya belakangan ini. Apa yang terjadi bila semua permintaan saya terkabulkan. Pertama-tama pasti saya akan sangat senang dan bangga punya Tuhan yang selalu memenuhi permintaan saya. Kedua saya akan terus meminta-mnta pada Tuhan, sedikit sedikit minta dan akhirnya saya menjadi manja dan sombong. Tuhan menjadi "kacung" kita. Mental kita menjadi mental orang-orang yang mencari ilah-ilah lain atau "mental dukun".

Saya jadi teringat sebuah Film fiksi yang berjudul "Bruce Almighty", disitu diceritakan bagaimana seseorang yang bernama Bruce mendapat "berkah" menjadi powerfull, semua yang diinginkannya menjadi kenyataan. Dengan kemampuan tersebut akhirnya Bruce menjadi sombong dan terakhirnya menciptakan banyak kegemparan dan malapetaka. Setelah merenungkannya, akhirnya saya mempunyai kesimpulan bahwa pikiran dan mental manusia seperti saya atau Bruce, sangatlah terbatas, permintaan saya kadang-kadang sangat bagus buat saya sendiri tetapi belum tentu buat orang lain, malah mungkin menggorbankan kepentingan orang lain.. dari perspektif itulah Tuhan melihat hal itu. Makanya tidak heran mengapa banyak permintaan saya yang tidak terkabul, saya percaya Tuhan pasti selalu mendengar doa saya, masalah jawaban ya atau tidak Tuhan yang berdaulat.

Satu lagi perumpamaan yang mungkin menguatkan kita, saya mempuyai seorang anak yang ketika berumur 3 tahun, melihat Ibunya memotong sayuran ingin bermain dengan pisau. Dengan merengek-rengek dia minta pisau tersebut .. saat itu tidak saya ijinkan karena dia masih belum mengerti benar menggunakan pisau, takut berbahaya untuk dia dan orang lain. Tetapi setelah besar sekarang .. bila dia minta pisau maka akan saya ijinkan karena dia sudah mengerti menggunakannya. Jadi kadang-kadang mental-lah yang menjadi penghalang mengapa permintaan kita tidak terjawab. Mental kita belum siap untuk menerima itu semua .. kata Tuhan. Terpujilah Tuhan!

Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan.Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, atau memberi ular, jika ia meminta ikan?Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya." (Matius 7:7-11)

Rabu, 09 Februari 2011

Menyingkapi Perbedaan

Belakangan di negeri tercinta Indonesia kembali muncul isu masalah SARA. Perbedaan Suku dan Agama memicu konflik anarkis di antara manusia. Bila kita melihat sejarah, maka pada masa-masa kelam sejarah manusia terjadi pertumpahan darah yang dasyat seperti perang dunia pertama dan perang dunia kedua, kedua perang tersebut memakan jutaan jiwa manusia. Penyebabnya adalah perbedaan ras antar manusia, bangsa yang satu merasa lebih tinggi dari yang lain. Perbedaan tersebut dijadikan senjata untuk mencapai tujuan yaitu kekuasaan.

Didalam Alkitab jelas diceritakan, asal mula terjadi banyak jenis ras manusia di dunia ini. Ketika mendirikan menara Babel, yaitu menara yang sangat tinggi untuk menantang Tuhan. Manusia bersatu padu, ketika dilihat bahwa hal tersebut tidak bagus, akhirnya Tuhan menurunkan beragam bahasa kepada manusia, sehingga manusia tidak dapat mengerti satu dengan lainnya. Akhirnya manusia berpencar dan hidup sendiri-sendiri, itu adalah asal mulanya perbedaan rasdi antara manusia. Jadi perbedaan ras adalah ciptaan Tuhan.

Bila kita pikirkan lagi lebih dalam, maka salah satu hal yang tidak dapat kita mengerti yaitu bagaimana kita bisa lahir di suku bangsa A, bukan di suku bangsa B. Jadi ketika kita lahir menjadi seseorang dengan suku bangsa A bukanlah pilihan orang tersebut, tetapi itu ketetapan dari Tuhan.

Akhirnya dapatlah kita simpulkan bahwa perbedaan antar manusia adalah kehendak Tuhan, dan kita lahir di suku bangsa tertentu juga kehendakNya. Bila kita berpandangan seperti itu, niscaya isu-isu SARA tidak menjadi masalah lagi buat kita, karena semua memang Tuhan yang ciptakan. Memang ada beberapa manusia yang berpikiran sempit dan coba memanfaatkan perbedaan tersebut untuk kepentingannya tertentu .. untuk itu nanti Tuhanlah yang akan berperkara.

Adapun seluruh bumi, satu bahasanya dan satu logatnya.Maka berangkatlah mereka ke sebelah timur dan menjumpai tanah datar di tanah Sinear, lalu menetaplah mereka di sana.Mereka berkata seorang kepada yang lain: "Marilah kita membuat batu bata dan membakarnya baik-baik." Lalu bata itulah dipakai mereka sebagai batu dan ter gala-gala sebagai tanah liat.Juga kata mereka: "Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama, supaya kita jangan terserak ke seluruh bumi."Lalu turunlah TUHAN untuk melihat kota dan menara yang didirikan oleh anak-anak manusia itu,dan Ia berfirman: "Mereka ini satu bangsa dengan satu bahasa untuk semuanya. Ini barulah permulaan usaha mereka; mulai dari sekarang apapun juga yang mereka rencanakan, tidak ada yang tidak akan dapat terlaksana.Baiklah Kita turun dan mengacaubalaukan di sana bahasa mereka, sehingga mereka tidak mengerti lagi bahasa masing-masing."Demikianlah mereka diserakkan TUHAN dari situ ke seluruh bumi, dan mereka berhenti mendirikan kota itu. Itulah sebabnya sampai sekarang nama kota itu disebut Babel, karena di situlah dikacaubalaukan TUHAN bahasa seluruh bumi dan dari situlah mereka diserakkan TUHAN ke seluruh bumi. (Kej 11:1-9)

Senin, 31 Januari 2011

Rejeki Tiap Orang Berbeda

Judul tulisan ini sepertinya bertentangan dengan paradigma sebagian dari kita. Bagi saya pada awalnya cukup berat menerima kenyataan tersebut, karena saya berpikir bahwa tiap manusia diberikan rejeki yang sama oleh Tuhan karena Tuhan adil. Adil disini adalah adil pada pemikiran manusia, dimana kita berpikir bahwa adil adalah sama rasa dan sama rata, tidak ada yang besar dan tidak ada yang kecil semua sama. Begitu juga rejeki yang Tuhan berikan adalah adil tidak ada yang lebih besar dari yang lainnya.

Dengan pola berpikir "adil" secara manusia tersebut, akhirnya saya diperhadapkan pada kenyataan bahwa apa yang saya pikirkan tidak sama dengan kenyataannya. Saya bertemu dengan orang yang hidupnya senang dari awalnya, lahir dari anak konglomerat, hidup enak dimasa mudanya, tuanya menjadi pengusaha terkenal .. dilain sisi saya juga melihat tidak sedikit orang lahir dari keluarga miskin terhina dan terkena cacat pula .. apakah Tuhan adil!

Dengan pola pikir "adil" manusia tersebut, cukup lama saya bergumul .. kadang saya menyalahkan Tuhan dengan semua keadaan yang terjadi, seolah-olah saya lebih pintar dari Tuhan. Tidak jarang didalam hati sering muncul iri hati, kepada orang yang mendapat lebih banyak berkat dari saya. Saya berusaha sekeras pikiran saya bahwa Tuhan "adil" tetapi pada kenyataannya berbeda dengan keadilan cara pandang saya.

Pertentangan pikiran dan hati tersebut akhirnya diperdamaikan dengan pernyataan bahwa "Tuhan memberikan rejeki kepada tiap orang berbeda" dan perbedaan tersebut hanya Tuhan yang tahu karena Tuhan adalah adil. Apa yang sudah diberi pasti akan dipertanggung jawabkan.
Puji Tuhan dengan pernyataan tersebut hati saya mulai tenang dan tidak mudah iri lagi melihat orang lain. Siapakah kita manusia, yang coba berdebat dengan Tuhan?

Sebab hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka.Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat. (Mat 25:14-15)

Selasa, 25 Januari 2011

Allah dan Alien

Belakangan marak, berita tentang adanya Mahluk Asing di jagat raya ini dengan istilah Alien. Berita ini dipicu oleh penemuan sebuah planet yang mirip dengan Bumi, yang diperkirakan ada mahluk hidupnya. Pencarian dan penampakan Mahluk Asing sebenarnya sudah menjadi Fenomena sejak lama. Beberapa orang tidak secara sengaja berjumpa dengan Alien, yang kemudian menjadi berita di media. Ilmu pengetahuan berusaha untuk mengungkapkan misteri tersebut, sebagai obat penghilang rasa keingintahuan manusia.

Hebohnya fenomena Alien membuat dua kubu yang berlawanan di dalam pemikiran orang percaya. Satu pihak percaya bahwa ada Mahluk lain dijagad raya ini, sedangkan kubu lainnya menganggap fenomena yang terjadi hanyalah salah satu bentuk kegiatan Iblis.

Tidak dapat dipungkiri, dengan adanya fenomena ini sedikit banyak membuat sebagian dari kita bertanya-tanya. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul biasanya menantang keimanan kita. Mempertanyakan status kita dihadapan Tuhan?

Bagaimanakah kita sebagai orang percaya seharusnya berpikir dalam menjawab fenomena ini? Dalam Alkitab, Daud pernah membuat satu pujian yang menurut saya cukup untuk menjadi dasar kita berpikir tentang status atau keberadaan kita dihadapan Tuhan.

Untuk pemimpin biduan. Mazmur Daud. TUHAN, Engkau menyelidiki dan mengenal aku;Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh. Engkau memeriksa aku, kalau aku berjalan dan berbaring, segala jalanku Kaumaklumi. Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya, semuanya telah Kauketahui, ya TUHAN. Dari belakang dan dari depan Engkau mengurung aku, dan Engkau menaruh tangan-Mu ke atasku. Terlalu ajaib bagiku pengetahuan itu, terlalu tinggi, tidak sanggup aku mencapainya. Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu? Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situpun Engkau. Jika aku terbang dengan sayap fajar, dan membuat kediaman di ujung laut, juga di sana tangan-Mu akan menuntun aku, dan tangan kanan-Mu memegang aku. Jika aku berkata: "Biarlah kegelapan saja melingkupi aku, dan terang sekelilingku menjadi malam," maka kegelapanpun tidak menggelapkan bagi-Mu, dan malam menjadi terang seperti siang; kegelapan sama seperti terang. Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku. Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya. Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah; mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya. Dan bagiku, betapa sulitnya pikiran-Mu, ya Allah! Betapa besar jumlahnya! Jika aku mau menghitungnya, itu lebih banyak dari pada pasir. Apabila aku berhenti, masih saja aku bersama-sama Engkau. (Mazmur 139)

Dari Mazmur Daud diatas, ada satu pemikiran bahwa Allah ada dimana-mana. Di Langit yang paling jauhpun Allah ada, didalam dunia orang matipun Allah ada. Sekarang mungkin kita tidak mengerti tentang penciptaan Allah, tetapi percaya saja semua itu Allah yang menciptakan. Allah itu dasyat diluar jangkauan pikiran kita. Allah lah satu-satunya pencipta!

Sabtu, 15 Januari 2011

Aktif mengalahkan Pasif

Suatu ketika pernah dihadapkan kepada saya sebuah experimen, dimana bola lampu dihantamkan dari ketinggian pada sebuah keramik tergeletak ditopang tumpukan batu. Hasilnya sungguh diluar dugaan saya, malah keramik yang pecah bukan bola lampunya. Menurut perkiraan saya ketipisan kaca pada bola lampu tidak mampu memecahkan kramik yang lumayan tebal. 

Dari experimen itu saya mengambil kesimpulan bahwa aktif mengalahkan pasif. Hal ini dapat dipertegas dengan kejadian alam dimana ketika berjalan dipinggiran sungai, sering kita temui tanda-tanda sebuah batu habis terkikis oleh arus air sungai, batu yang awalnya besar bisa menjadi kecil seiring dengan terkikis oleh arus air.

Dari gambaran tersebut bila kita hubungkan dengan hidup ke Kristenan. Maka hidup ke Kristenan seharusnya aktif. Sebagai orang percaya kita harus terus menerus bekerja dengan sekuat tenaga untuk memberikan makna kehidupan yang lebih baik. Hidup yang pasif membuat kita terbuai dan akhirnya menjadi korban.

Khusus dalam peperangan didunia roh, ada sebagian anggapan bahwa kita harusnya pasif, sehingga tidak diganggu oleh Iblis, dari kenyataan diatas pernyataan tersebut justru terbalik, bila kita pasif maka kita menjadi mangsa empuk Iblis. Iblis harus dilawan dalam bentuk doa, puasa dan permohonan kepada Tuhan.

Karena itu tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu! (Yakobus 4:7)

Jumat, 14 Januari 2011

Saya tidak bisa apa-apa tanpa Tuhan

Judul posting hari ini sepertinya provokatif, tetapi memang seperti itu adanya. Merenungkan perbuatan Tuhan dalam kehidupan saya, hampir tidak habis dipikiran saya. Saya coba untuk merencanakan dan mendesign tujuan-tujuan yang hendak saya capai. Bermacam-macam teori ataupun pendekatan coba saya rencanakan. Semisal hari ini saya akan bertemu dengan Mr. X membicarakan masalah Y, dengan persiapan yang matang dan antisipasi-antisipasi yang detail, seperti analisa personality Mr.X, kegemarannya dan sebagainya. Hasilnya pun tidak seperti yang kita harapkan, ada saja hal-hal kecil yang menggangu diluar rencana. Tiba-tiba Mr.X menerima telepon yang menggangu konsentrasinya atau hal sepele seperti perasaan Mr.X yang sedang tidak mood.

Dilain waktu sedang kita duduk-duduk dengan santai, datang teman yang sudah lama tidak berjumpa. Percakapan berlangsung sangat seru, dan akhirnya pembicaraan mengarah ke Y. Dan rupanya teman kita tersebut sangat mengenal Mr.X. Sungguh Ajaib! Justru dimana kita sedang tidak bersusah payah mendatangkan hasil yang gemilang. Dimana kita berusaha keras malah mengecewakan. Ada apa sebenarnya?

Akhirnya saya berkesimpulan bahwa semua adalah Tuhan yang mengerjakan. Orang-orang yang sombong saja yang menganggap hasil pekerjaannya adalah usaha dia sepenuhnya, memang kita tidak boleh berhenti berusaha tetapi semua hasil dari Tuhan. Tuhanlah yang menentukan, sebagai orang percaya ketergantungan kita dengan Tuhan adalah mutlak. Dan semua hasil yang terjadi adalah yang terbaik. Terpijilah Tuhan Yesus Kristus.

Sebab itu aku menyadari bahwa tidak ada yang lebih baik bagi manusia daripada menikmati hasil kerjanya. Selain itu tak ada yang dapat dilakukannya. Tak mungkin ia mengetahui apa yang akan terjadi setelah ia mati. (Pengkotbah 3:22)

Selasa, 11 Januari 2011

Jangan Takut Menderita

Insting manusia didrive oleh dua tindakan, pertama menghindari kesusahan dan kedua mengejar kenikmatan. Kedua tindakan tersebut merupakan mekanisme survive yang diciptakan Tuhan untuk semua mahluk hidup. Pada binatang insting tersebut sangat jelas terlihat, lain halnya dengan manusia yang mempunyai konsep berpikir tentang waktu.

Makanya tidak heran bila kita melihat hampir semua manusia berebut untuk memperoleh kenikmatan dan malas untuk bersusah payah. Kenikmatan dikejar oleh semua orang tetapi dengan usaha yang seminimal mungkin. Keadaan yang berlawanan dengan kenikmatan tersebut menjadi suatu penderitaan. Pembuatan alat-alat canggih menambah dalam buaian tindakan tersebut. Kemudahan demi kemudahan terbentuk yang akhirnya membuat manusia terlena. Manusia jaman sekarang lebih mengambil naik kendaraan bermotor daripada jalan kaki, atau lebih memilih makanan yang instant daripada makanan yang perlu diolah terlebih dahulu. Semuanya itu baik asal kita mengetahui esensinya.

Dalam keadaan tersebut akhirnya kita sulit menemukan orang-orang yang sabar, rendah hati dan mempunyai kasih di jaman sekarang. Sabar, rendah hati dan kasih menjadi barang langka karena sifat tersebut tidak akan muncul, malah yang timbul adalah sifat-sifat egois seperti tidak sabaran, sombong (tinggi hati) dan kejam (tidak berbelas kasihan). Padahal sabar, rendah hati dan kasih merupakan bahan baku untuk iman kita sebagai orang-orang percaya. Tanpa ada sifat-sifat tersebut maka sia-sialah usaha kita untuk beriman.

Bila kita belajar sejarah orang-orang hebat, dengan membaca biografinya, hampir dapat dipastikan orang-orang tersebut pasti pernah mengalami masa-masa sulit yang penuh penderitaan. Justru didalam penderitaannya sifat-sifat mereka terbentuk. Akibat penderitaan itu muncul sifat sabar, rendah hati dan kasih. Tuhan Yesus ketika didunia sudah memberikan contoh kepada kita, bagaimana Dia hidup ... lahir didalam kesederhanaan dan penderitaan. Janganlah takut untuk menderita, karena penderitaan merupakan awal dari iman.

Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan,dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita. (Roma 5:3-5)

Sabtu, 08 Januari 2011

Detik-detik yang menentukan

Malam tadi seperti biasa saya pulang telat. Pulang diatas jam delapan malam sudah umum di kota Jakarta, karena kesibukan atau karena ingin menyibukkan diri entahlah. Diantar ojek ke tempat ompengan menjadi pilihan saya saat itu. Tidak jauh dari tempat saya berangkat, terjadilah kejadian yang menegangkan buat kita berdua, tukang ojek dan saya. Mobil didepan tiba-tiba berhenti dan sekonyong-konyong motor kami menghantam mobil dari belakang. Dalam hitungan detik kami berdua jatuh terjungkal kedepan beruntung ada helm. Kejadian yang singkat itu membuat si tukang ojek luka agak berat, tulang iga memar mungkin sedikit retak karena terhantam stang motor, sedangkan saya sendiri lecet-lecet sedikit di dengkul dan tangan saya. Beruntung yang empunya mobil menyadari kesalahannya dengan minta maaf menjelaskan penyebab dia menghentikan mobilnya secara mendadak, dan dengan gentle menawarkan bantuan ke rumah sakit terdekat untuk perawatan, khususnya bagi si tukang ojek.

Kejadian tersebut mungkin hanya beberapa menit, lalu lalang dan kesibukan kota Jakarta masih tetap sama. Tetapi beberapa menit tersebut merubah kami berdua setidak-tidaknya fisik kami. Saya menjadi lebih sadar, bahwa waktu yang sebentarpun bisa merubah manusia secara drastis. Kejadian Tsunami di Aceh, Lumpur Lapindo di Sidoarjo dan banyak kejadian alam lainnya, menyebabkan perubahan yang drastis untuk banyak orang yang mengalaminya, beberapa saat yang lalu masih bersama-sama sedetik kemudian sudah tidak bisa bersama-sama lagi, beberapa saat yang lalu bisa merasakan nyamannya rumah yang kita tinggali tidak lama kemudian hancur berantakan. Kejadian tersebut menggambarkan bahwa hidup manusia sebenarnya tidak dapat diprediksi.

Sebagai orang percaya harusnya kita bisa mengambil pelajaran dari hal tersebut. Bahwa kita harusnya siap untuk mengadap segala macam situasi, sehingga kita tidak terlalu kecewa nantinya.

Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya.Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal, ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam; ada waktu untuk membunuh, ada waktu untuk menyembuhkan; ada waktu untuk merombak, ada waktu untuk membangun; ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk meratap; ada waktu untuk menari; ada waktu untuk membuang batu, ada waktu untuk mengumpulkan batu; ada waktu untuk memeluk, ada waktu untuk menahan diri dari memeluk; ada waktu untuk mencari, ada waktu untuk membiarkan rugi; ada waktu untuk menyimpan, ada waktu untuk membuang; ada waktu untuk merobek, ada waktu untuk menjahit; ada waktu untuk berdiam diri, ada waktu untuk berbicara; ada waktu untuk mengasihi, ada waktu untuk membenci; ada waktu untuk perang, ada waktu untuk damai. Apakah untung pekerja dari yang dikerjakannya dengan berjerih payah? Aku telah melihat pekerjaan yang diberikan Allah kepada anak-anak manusia untuk melelahkan dirinya. Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir. Aku tahu bahwa untuk mereka tak ada yang lebih baik dari pada bersuka-suka dan menikmati kesenangan dalam hidup mereka. Dan bahwa setiap orang dapat makan, minum dan menikmati kesenangan dalam segala jerih payahnya, itu juga adalah pemberian Allah. Aku tahu bahwa segala sesuatu yang dilakukan Allah akan tetap ada untuk selamanya; itu tak dapat ditambah dan tak dapat dikurangi; Allah berbuat demikian, supaya manusia takut akan Dia. (Pengkotbah 3:1-15)

Minggu, 02 Januari 2011

Selamat datang 2011

Diawal tahun 2011, kembali kita merenungkan apa yang sudah kita lakukan di tahun yang lalu dan apa yang akan kita kerjakan di tahun ini. Malam 1 Januari sebenarnya sama seperti malam-malam sebelumnya, gelap dengan bintang dan bulan yang bersinar tidak ada bedanya dengan malam-malam yang lain. Yang membedakan adalah momentumnya, tanggal 1 Januari merupakan hari pertama untuk penaggalan masehi, dimana manusia merayakannya.

Sebagai orang percaya, momen tahun baru merupakan waktu yang tepat untuk kita merenung Selama 365 hari yang lalu apa saja yang sudah kita capai, apakah waktu-waktu tersebut makin mendekatkan kita dengan Tuhan? Kapan disaat-saat tersebut kita merasa gembira dan kapan saat-saat kita merasa sedih. Apakah Tuhan ada pada saat-saat tersebut?

Untuk saya pribadi tahun 2010, merupakan tahun yang sulit dan penuh dengan perjuangan. Menghadapi suasana baru dan tanggung jawab baru awalnya menggembirakan, tetapi lambat laun menjadi suatu perjuangan yang berat. Tahun 2010 merupakan tahun pergumulan saya dimana saya benar-benar dibentuk oleh situasi yang ada, dan saya percaya Tuhan yang berkarya. Seperti ada SMS :

"Another day, another month, another year .. "
"Another smile, another tears, another season .."
"I wish a wonderful season in the upcoming year .. LORD"
"Brightened by hope and warmed by YOUR love .."

SELAMAT TAHUN BARU ............