S P A S I

Kamis, 28 Mei 2015

Terikat dengan dunia

apabila harta makin bertambah, janganlah hatimu melekat padanya.. (Maz 62:10b)

Diatas adalah penggalan ayat Firman Tuhan dari Mazmur 62, yang diberi judul "Perasaan Tenang Dekat Allah". Mengamati ayat demi ayat dari Mazmur 62, saya mencoba menarik kesimpulan bagaimana nyanyian mazmur tersebut tercipta. 

Mazmur tersebut bercerita tentang bagaimana manusia mencari kekuasaan, dengan cara berdusta banyak orang menginginkan kekuasaan. Mulut dan hati tidak sama. Sekarang menjadi teman kemudian besok menjadi musuh demi kekuasaan.

Mengapa orang berusaha mencari kekuasaan, rupanya sejak dahulu memang kekuasaan merupakan alat untuk mencari kekayaan. Dengan meningkatnya kekuasaan, secara otomatis akan menjadi semakin kaya. Dengan semakin kaya, manusia berusaha meningkatkan diri menjadi lebih berkuasa lagi, dan akhirnya hidupnya terikat dengan dunia ini. 

Dan rambu-rambu bagi kita orang percaya : jangan melekatkan hatimu pada kekayaan. 

Garam dan Terang

Apakah harta yang paling berharga di dunia ini? Ada yang bilang emas, ada yang bilang uang, ada yang bilang cinta, dan banyak macam lagi. Bila menurut saya harta yang berharga di dunia ini adalah waktu. Mengapa waktu, karena waktu itu terbatas dan waktu ini tidak bisa diulang. 

Dengan memanfaatkan waktu kita bisa menghasilkan harta-harta yang lain, seperti menambang emas, meninvestasikan uang, meluangkan waktu untuk keluarga tercinta dan seterusnya. Jadi komponen terkecil yang paling berharga dalam hidup kita adalah waktu kita.

Tiap manusia dikaruniakan Tuhan waktu yang berbeda-beda, ada yang panjang dan ada yang pendek. Tetapi untuk menikmati waktu tersebut diserahkan kepada pribadi masing-masing. Kita yang menentukan waktu kita, kita gunakan untuk apa. 

Kaum Hedonis, mempunyai moto "carpe diem" artinya raihlah impianmu hari ini. Impianmu hari ini biasanya dikaitkan dengan keiginan daging, yaitu untuk memuaskan napsu sesaat. Konsep untk menghargai waktu oleh kaum Hedonis sudah benar, karena waktu tidak bisa diulang lagi. Namun tujuan untuk memanfaatkan waktu tersebut yang tidak tepat menurut Firman Tuhan. Waktu digunakan untuk kesenangan pribadi dan untuk foya-foya sesaat, dan biasanya orang seperti ini akan berakhir dalam kesulitan besar dan frustasi. 

Orang ber-hikmat harusnya mengerti bahwa waktu adalah harta yang berharga yang diberikan Tuhan kepada kita, dan akan dipertanggung jawabkan pemanfaatkannya kemudian hari. Orang ber-hikmat pasti mengerti bahwa memanfaatkan waktu di dunia ini, bukan hanya sekedar mencari harta kekayaan, karena harta kekayaan suatu waktu akan lenyap atau hilang. Tetapi lebih daripada itu yaitu memanfaatkan waktu untuk memberikan kontribusi nyata, menjadi "Garam dan Terang" untuk nama Tuhan.

Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi.Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu.Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga. (Matius 5:13-16)

Senin, 25 Mei 2015

Ketaatan kepada Tuhan adalah bentuk cinta kepadaNya

Memulai lagi posting di blog ini adalah sesuatu buat saya. Setelah melakukan beberapa "make-up" di blog dengan menghilangkan beberapa content yang sedikit narsis, saya berharap blog ini bisa menjadi lebih menarik :-).


Tanggal 24 Mei 2015 kemarin, jatuh pada hari peringatan turunnya Roh Kudus yang disebut Pentakosta. Arti dari Pentakosta adalah hari ke 50. Sehingga turunnya Roh Kudus bila dihitung dari rentetan peristiwa ketika Tuhan Yesus disalibkan, mati dan dikuburkan, bangkit dari kubur, kemudian naik ke Surga, adalah hari ke 50 dari kebangkitanNya dari kubur.

Peristiwa Pentakosta ketika itu digambarkan pada ayat sbb:

Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat. Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk;dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya. (Kisah Para Rasul 2:1-4)

Saat ini Roh Kudus ada bersama-sama dengan kita orang percaya, dan sudah ribuan sampai tak terhingga jumlah kesaksian yang menyatakan penyertaan Roh Kudus kepada orang percaya sampai sekarang. Tidak perlu lagi kita meminta Roh Kudus tercurah buat masing-masing kita. Yang perlu kita lakukan adalah menjaga ketaatan kita terhadap perintahNya. Seperti Hari Pantekosta, awal pencurahan Roh Kudus, Murid-Murid diperintahkan untuk berdiam diri di Yerusalem, bila Murid-Murid tidak taat bagaimana jadinya?

Jadi yang bisa kita ambil dari peringatan Hari Pantekosta kali ini adalah perenungan kita tentang ketaatan kita, karena salah satu bentuk kasih kita kepada Tuhan adalah ketaatan. Bagaimana mungkin kita menyatakan bahwa kita kasih kepada Tuhan tetapi kita tidak taat atau melawan perintah Tuhan. 

Taatlah maka otomatis Roh Kudus akan ambil bagianNya.