S P A S I

Kamis, 05 April 2012

Papi Tercinta

17 Februari 2012, hari yang tidak pernah saya lupakan. Hari itu akhirnya tiba, setelah perjuangan dan kepasrahan silih berganti selama 3 bulan. Awal November 2011, Papi terdeteksi mengidap kanker paru-paru, rupanya kelemahan tubuh dan sakit yang dialaminya sejak awal 2011 merupakan gejala kanker.

Bukan perpisahan yang kami sesali, karena perpisahan adalah sebuah kepastian. Setiap manusia pasti akan kembali ke pangkuan sang Pencipta. Apalagi kami percaya sekali Papi adalah seorang yang taat dan beriman. Papi adalah sesosok manusia yang jarang sekali ditemukan sekarang ini. Papi adalah seorang yang berkarakter, beliau rendah hati, administrasi yang baik, dan tidak pernah mengeluh.

Diakhir hidupnya perjuangan Imannya nyata sekali terlihat. jauh dari kesibukan modern dan perkembangan Teknologi yang selama ini beliau geluti, memilih untuk tinggal di tempat yang asing dan jauh dari sanak saudara untuk berbakti diakhir hidupnya melayani sesama berbagi berita keselamatan. Papi sering berkata "Biarlah sisa hidup saya ini untuk melayani Tuhan".

Penyesalan yang nyata bagi saya anaknya .. sampai akhir hidupnya saya merasa belum mengenal sepenuhnya Papi. Saya hanya bisa melihat dari hasil karyannya dan pelayannya. Tugas berat berada dipundak saya untuk melanjutkan perjuangan Papi, apakah saya dapat melakukannya. Tuhan tolonglah saya.
Terima kasih Tuhan Engkau telah memberikan saya seorang Malaikat...
Papi sampai kita bertemu kembali, kisah hidup dan teladanmu selalu menjadi kenangan terindah dalam hidupku ..

Sebab siapakah yang lebih besar: yang duduk makan, atau yang melayani? Bukankah dia yang duduk makan? Tetapi Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan (Lukas 22:27)