S P A S I

Kamis, 08 Januari 2009

Fanatic Tidak Tentu

Manusia bertindak sesuai dengan pemahaman dan motivasi tentang sesuatu. Sebab itu pemahaman tentang hidup ini menentukan bagaimana manusia bertindak. Motivasi yang timbul akibat pemahaman arti kehidupan mendorong manusia untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian tindakan.

Fanatisme adalah salah satu bentuk penyesuaian tindakan tersebut. Kuat tidaknya Fanatisme seseorang mengambarkan seberapa besar pemahamannya tentang keyanikannya. Karena Fanatisme seseorang mencerminkan seberapa kuat pendiriannya terhadap sesuatu. Oleh sebab itu Fanatisme yang membabi buta, juga mencerminkan pemahaman yang membabi buta.

Ada salah satu paradoks dalam kehidupan ini, yaitu semakin memahami Tuhan seseorang, maka sebenarnya akan semakin sadarlah orang tersebut akan keberagaman manusia yang merupakan ciptaan Tuhan. Oleh sebabnya semakin tinggi derajat orang dalam memahami ajaran agama harusnya makin sadarlah akan keberagaman manusia ciptaan Tuhan. Pemahaman tersebut kelihatannya berlawanan dengan "Fanatic tidak tentu". Yaitu Fanatic yang membeci saudaranya karena tidak satu faham. Karena semakin kita mendalami ajaran agama kita seharusnya semakin "plural" kita.

Tuhan Yesus sebagai guru, mengajarkan dua Hukum yang utama dalam manjalani kehidupan ini:

Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?" Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi." (Mat 22:36-40)

Bila kita mengasihi Tuhan maka kita seharusnya mengasihi manusia, bagaimanapun juga keadaannya.