S P A S I

Sabtu, 08 Januari 2011

Detik-detik yang menentukan

Malam tadi seperti biasa saya pulang telat. Pulang diatas jam delapan malam sudah umum di kota Jakarta, karena kesibukan atau karena ingin menyibukkan diri entahlah. Diantar ojek ke tempat ompengan menjadi pilihan saya saat itu. Tidak jauh dari tempat saya berangkat, terjadilah kejadian yang menegangkan buat kita berdua, tukang ojek dan saya. Mobil didepan tiba-tiba berhenti dan sekonyong-konyong motor kami menghantam mobil dari belakang. Dalam hitungan detik kami berdua jatuh terjungkal kedepan beruntung ada helm. Kejadian yang singkat itu membuat si tukang ojek luka agak berat, tulang iga memar mungkin sedikit retak karena terhantam stang motor, sedangkan saya sendiri lecet-lecet sedikit di dengkul dan tangan saya. Beruntung yang empunya mobil menyadari kesalahannya dengan minta maaf menjelaskan penyebab dia menghentikan mobilnya secara mendadak, dan dengan gentle menawarkan bantuan ke rumah sakit terdekat untuk perawatan, khususnya bagi si tukang ojek.

Kejadian tersebut mungkin hanya beberapa menit, lalu lalang dan kesibukan kota Jakarta masih tetap sama. Tetapi beberapa menit tersebut merubah kami berdua setidak-tidaknya fisik kami. Saya menjadi lebih sadar, bahwa waktu yang sebentarpun bisa merubah manusia secara drastis. Kejadian Tsunami di Aceh, Lumpur Lapindo di Sidoarjo dan banyak kejadian alam lainnya, menyebabkan perubahan yang drastis untuk banyak orang yang mengalaminya, beberapa saat yang lalu masih bersama-sama sedetik kemudian sudah tidak bisa bersama-sama lagi, beberapa saat yang lalu bisa merasakan nyamannya rumah yang kita tinggali tidak lama kemudian hancur berantakan. Kejadian tersebut menggambarkan bahwa hidup manusia sebenarnya tidak dapat diprediksi.

Sebagai orang percaya harusnya kita bisa mengambil pelajaran dari hal tersebut. Bahwa kita harusnya siap untuk mengadap segala macam situasi, sehingga kita tidak terlalu kecewa nantinya.

Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya.Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal, ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam; ada waktu untuk membunuh, ada waktu untuk menyembuhkan; ada waktu untuk merombak, ada waktu untuk membangun; ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk meratap; ada waktu untuk menari; ada waktu untuk membuang batu, ada waktu untuk mengumpulkan batu; ada waktu untuk memeluk, ada waktu untuk menahan diri dari memeluk; ada waktu untuk mencari, ada waktu untuk membiarkan rugi; ada waktu untuk menyimpan, ada waktu untuk membuang; ada waktu untuk merobek, ada waktu untuk menjahit; ada waktu untuk berdiam diri, ada waktu untuk berbicara; ada waktu untuk mengasihi, ada waktu untuk membenci; ada waktu untuk perang, ada waktu untuk damai. Apakah untung pekerja dari yang dikerjakannya dengan berjerih payah? Aku telah melihat pekerjaan yang diberikan Allah kepada anak-anak manusia untuk melelahkan dirinya. Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir. Aku tahu bahwa untuk mereka tak ada yang lebih baik dari pada bersuka-suka dan menikmati kesenangan dalam hidup mereka. Dan bahwa setiap orang dapat makan, minum dan menikmati kesenangan dalam segala jerih payahnya, itu juga adalah pemberian Allah. Aku tahu bahwa segala sesuatu yang dilakukan Allah akan tetap ada untuk selamanya; itu tak dapat ditambah dan tak dapat dikurangi; Allah berbuat demikian, supaya manusia takut akan Dia. (Pengkotbah 3:1-15)