S P A S I

Selasa, 06 Desember 2011

Trolley Problem

Membaca dari media pagi ini, saya dikejutkan dengan berita mengenai etika dan logika manusia. Sub judul yang provokatif menarik perhatian saya, dengan sub judul : 90% responden memilih selamatkan 5 orang yang bersalah daripada 1 orang yang tak bersalah.

Penelitian ini dilakukan dengan simulasi yaitu peserta simulasi diandaikan sebagai masinis sebuah kereta api. Selanjutnya kereta api yang dikemudikannya akan menabrak 5 orang yang berjalan kaki di rel yang salah. Atau 1 pejalan kaki dilajur yang benar. Responden diminta untuk memilih apakah mereka akan memindahkan kereta ke jalur lain demi menyelamatkan 5 orang yang melanggar aturan tersebut. Namun demikian, jika responden memindahkan kereta ke jalur lain, maka risikonya kereta akan menabrak satu orang yang berjalan kaki di tempat yang benar. Ternyata, 90 persen responden penelitian tersebut memilih untuk memindahkan kereta ke jalur yang tidak seharusnya dan membunuh satu orang yang berjalan di jalur yang benar demi menyelamatkan 5 orang yang berjalan di jalur yang salah.



Ada beberapa pemikiran yang langsung muncul dibenak saya, apakah nyawa 5 orang yang bersalah lebih berharga dari nyawa 1 orang yang benar. Atau memang kuantitas atau jumlah menjadi pengangan untuk mengambil keputusan dibanding benar atau salah. Semua responden mempunyai keputusannya masing-masing, tetapi 90 persen dari responden mengambil keputusan menyelamatkan 5 nyawa dari pada 1 nyawa.

Untuk kasus simulasi diatas memang keadaan akan mengarahkan kepada keputusan terbanyak diatas, selain karena waktu yang cukup singkat dalam mengambil keputusan sehingga faktor jumlah menjadi lebih berperan.

Akhirnya kesimpulan saya, jangan mengandalkan manusia karena manusia hanya melihat yang terlihat saja, hikmat manusia begitu dangkal.

(Roma 11:33) O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya!