S P A S I

Minggu, 29 Agustus 2010

Pertobatan Sejati

Mendengar cerita-cerita kriminal dan bagaimana para kriminal tersebut melakukan kejahatannya, saya bertanya-tanya dalam hati apakah mereka tidak takut hukuman dari Tuhan atas tindak tanduknya. Ataukah mereka dibutakan oleh sesuatu sehingga mereka tidak mengerti bahwa perbuatannya tersebut akan merugikan dirinya sendiri.

Yang lebih mencegangkan saya beberapa kriminal tersebut, sudah beberapa kali masuk penjara, alias keluar masuk penjara. Penjara yang diyakini merupakan cara pemerintah atau manusia menghukum si kriminal agar bertobat dari perbuatannya tampaknya kurang berfungsi. Karena tidak sedikit para kriminal keluar dari penjara bukanya berubah menjadi baik malahan menjadi lebih kejam, adakah yang salah dari sistem ini?

Awalnya kriminal tersebut minta maaf atau bertobat tidak ingin melakukan perbuatannya jahat lagi. Tetapi beberapa saat kemudian pertobatannya hanya dimulut saja. Mengapa hal ini terjadi? Selidik punya selidik rupanya pertobatan tersebut hanya merupakan pertobatan di depan Polisi, Hakim, Sanak Saudara dan Handai Tolan. Pertobatan didepan manusia! Pertobatan yang sejati adalah pertobatan di hadapan Tuhan, karena Tuhanlah yang berpekara dengan orang tersebut. Melakukan pelanggaran dosa adalah melawan perintah Allah.

Kita sebagai manusia tidak bisa memaksakan seseorang untuk bertobat, pertobatan yang sejati muncul dari diri sendiri. Kita hanya bisa memberi gambaran dan nasihat keputusan tetap pada manusia yang bersangkutan. Yang terbaik yang kita lakukan adalah berdoa supaya Tuhan melakukan mujisatNya, merubah orang tersebut!

Aku akan memberi mereka suatu hati untuk mengenal Aku, yaitu bahwa Akulah TUHAN. Mereka akan menjadi umat-Ku dan Aku ini akan menjadi Allah mereka, sebab mereka akan bertobat kepada-Ku dengan segenap hatinya. (Yeremia 24:7)

Rabu, 25 Agustus 2010

Law of Used

Bila mendengar Hukum menabur dan menuai, hampir semua orang mengetahuinya. Rupanya ada satu hukum lagi yang baru saya mengerti yaitu Hukum menggunakan, atau kerennya Law of Used. Menurut Hukum ini "Apa yang kita usahakan akan menjadi bagian kita, sedangkan apa yang tidak diusahakan akan menghilang".

Menurut Hukum ini, supaya sesuatu menjadi bagian dari kita lakukanlah terus menerus, dan sesuatu akan hilang bila kita tidak melakukannya. Hukum ini sangat nyata diterapkan pada karakater atau sifat seseorang. Orang yang tidak mau bekerja keras akan menjadi malas. Orang yang suka tantangan menjadi orang yang berani. Orang yang tidak menggunakan imannya akan menjadi orang yang tidak percaya. Itulah sebabnya mengapa didalam hidup ini, terjadi silih berganti drama-drama kehidupan disitulah kesempatan kita untuk menggeluarkan sifat-sifat kita supaya menjadi terasah, sifat yang terasah menjadi suatu kekuatan kita.

Manusia adalah satu-satunya mahluk hidup yang bisa melakukan perubahan sesuai keinginannya, karena manusia diciptakan Tuhan dengan pikiran dan pengertian. Untuk itu manusia sebenarnya bisa melakukan perubahan-perubahan sifat sesuai dengan kemauan. Kita dapat menanggalkan sifat yang buruk dengan terus menerus tidak menggunakannya. Dan kita bisa mendapatkan sifat yang baik dengan terus menerus menggunakannya.

Sekali lagi dalam konteks ber Tuhan maka, "Orang yang tidak menggunakan imannya akan menjadi orang yang tidak percaya." dan "Orang yang mengunakan imannya akan menjadi orang percaya"

Itulah inti dari Law of Used .. terpujilah Tuhan

Sebab hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka. Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat. Segera pergilah hamba yang menerima lima talenta itu. Ia menjalankan uang itu lalu beroleh laba lima talenta. Hamba yang menerima dua talenta itupun berbuat demikian juga dan berlaba dua talenta. Segera pergilah hamba yang menerima lima talenta itu. Ia menjalankan uang itu lalu beroleh laba lima talenta. Hamba yang menerima dua talenta itupun berbuat demikian juga dan berlaba dua talenta. Tetapi hamba yang menerima satu talenta itu pergi dan menggali lobang di dalam tanah lalu menyembunyikan uang tuannya. Lama sesudah itu pulanglah tuan hamba-hamba itu lalu mengadakan perhitungan dengan mereka. Hamba yang menerima lima talenta itu datang dan ia membawa laba lima talenta, katanya: Tuan, lima talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba lima talenta. Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu. Lalu datanglah hamba yang menerima dua talenta itu, katanya: Tuan, dua talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba dua talenta. Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu. Kini datanglah juga hamba yang menerima satu talenta itu dan berkata: Tuan, aku tahu bahwa tuan adalah manusia yang kejam yang menuai di tempat di mana tuan tidak menabur dan yang memungut dari tempat di mana tuan tidak menanam. Karena itu aku takut dan pergi menyembunyikan talenta tuan itu di dalam tanah: Ini, terimalah kepunyaan tuan! Maka jawab tuannya itu: Hai kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi kamu sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan memungut dari tempat di mana aku tidak menanam? Karena itu sudahlah seharusnya uangku itu kauberikan kepada orang yang menjalankan uang, supaya sekembaliku aku menerimanya serta dengan bunganya. Sebab itu ambillah talenta itu dari padanya dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh talenta itu. Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi." (Mat 25: 14-30)

Minggu, 22 Agustus 2010

Prinsip Berusaha menurut Firman Tuhan

Tidak dapat dipungkiri semua manusia ingin berhasil dalam usahanya. Semua perusahaan atau usaha yang didirikan manusia mempunyai prinsip ini, yaitu menghasilkan keuntungan dan berlangsung lama. Tidak ada seorangpun ingin mendirikan usaha dengan harapan usahanya akan merugi, pasti ingin untung.

Untuk bisa menghasilkan untung, sudah banyak teori-teori managemen yang menjelaskannya. Dari beberapa teori yang ada, salah satunya menyebutkan supaya bisa menghasilkan, kita harus memberi lebih dari yang diharapkan. Supaya bisa menghasilkan kita memberikan sesuatu lebih dari yang orang lain berikan, kita harus lebih cakap. Prinsip ini sesuai dengan Firman Tuhan dan sudah menjadi hukum alam :

Pernahkah engkau melihat orang yang cakap dalam pekerjaannya? Di hadapan raja-raja ia akan berdiri, bukan di hadapan orang-orang yang hina. (Ams 22:29)

Apabila sudah memberikan yang terbaik atau sudah menjadi cakap dibidangnya? bisakah kita dengan semena-mena mengatur atau mengeksplorasi keahlian tersebut untuk keiginan kita sendiri. Sekali-kali tidak Tuhan dalam kehidupan nyata berbicara kepada kita mengenai hal ini.

Lebah berusaha untuk mengumpulkan madu dari berbagai macam bungga dengan keahliannya .. apakah bungga tersebut menjadi layu dan rusak? Tidak. Malahan bungga tersebut bertambah banyak, karena selain menghisap madu dari bungga, lebah juga melakukan penyerbukan sehingga pekerjaan lebah bermanfaat buat bungga juga. Sehingga bungga tersebut berkembang menjadi banyak dan berbuah.

Dari gambaran diatas Tuhan ingin bercerita kepada manusia, berusahalah menjadi ahli dibidangmu dan biarlah keahlianmu bisa dirasakan oleh semua orang. Berusahalah untuk mencari untung dan usahakanlah keuntunganmu untuk kesejahteraan semua orang ...

Menjadi pertanyaan buat kita apakah keuntungan kita juga menguntungkan orang lain juga, atau malah mendatangkan kerugian buat orang lain?

Ingin Kaya

Suatu hari saya menghadiri sebuah seminar keuangan di Gereja, dan saya terkejut dengan satu ayat Firman Tuhan berkata :

Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. (1 Tim 6:9)

Sekilas ayat tersebut berkata bahwa siapa yang ingin kaya akan terjatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan. Untuk itu jangan-lah kita mengiginkan kekayaan. Jadi apakah Orang percaya tidak boleh ingin kaya? berdasarkan ayat tersebut tidak boleh, karena keinginan tersebut akan membawa kedalam bermacam-macam percobaan, yang akhirnya kita tidak sadar terperangkap dengannya.

Pertanyaan selanjutnya apakah ini tidak bertentangan dengan Firman Tuhan yang lain yang mengatakan :

Ganjaran kerendahan hati dan takut akan TUHAN adalah kekayaan, kehormatan dan kehidupan. (Ams 22:4)

Apakah dua ayat tersebut bertentangan? .. Orang percaya tidak boleh kaya! tetapi bagaimana dengan Orang percaya yang menjadi Kaya? Bagaimana mereka mendapatkannya? apakah mereka tidak mengiginkannya?

Akhir dari seminar tersebut terungkap bahwa keinginan untuk kaya akan mendatangkan banyak pencobaan. Padahal di zaman sekarang banyak Orang percaya yang berdoa supaya mereka dijadikan kaya, dan tidak sedikit ajaran-ajaran sesat, yang meng-agung-agungkan kekayaan. Statementnya : "Bahwa Orang percaya harus kaya, karena Tuhan kita kaya"

Hati-hati dengan pengajaran tersebut .. karena sesuai dengan prinsip Firman Tuhan, doa seperti itu adalah salah, karena motivasinya salah. Tuhan tidak memberikan kekayaan pada Orang yang ingin kaya. Tuhan memberikan kekayaan kepada Orang percaya yang rendah hati dan takut akan Tuhan.

Jadi kesimpulannya janganlah menginginkan kekayaan tetapi inginkanlah hidup yang berkenan pada Tuhan. Karena kekayaan akan diberikan oleh Tuhan untuk Orang percaya yang hidupnya berkenan kepadanNya. Kekayaan yang dipunyai orang tersebut untuk menjadi berkat buat orang lain. Terpujilah Tuhan Yesus !

Selasa, 17 Agustus 2010

Perintah Allah tidaklah berat

Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa kebiasaan kita dibentuk dari perbuatan-perbuatan yang berulang-ulang. Seorang menjadi ahli dalam suatu bidang, karena dia terus menerus menekuninya. Seorang Michael Jordan, bisa menjadi pemain basket yang mahir karena hampir separuh harinya digunakan untuk berlatih basket. Manusia terbentuk dari pengulanggan-pengulanggan. Pengulangan-pengulangan yang terus menerus membentuk karakter seseorang. Karakter yang sudah terbentuk biasanya akan sulit untuk dihilangkan.

Melihat kenyataan tersebut maka tidaklah heran bila manusia berkata bahwa melakukan perintah Allah adalah perbuatan yang sulit. Mengapa sulit? karena kita terus menerus hidup didalam tindakan melawan perintah Allah. Karena hampir semua orang melakukan tindakan yang sama, maka perbuatan melawan Allah lebih mudah daripada menurutinya.

Sebagai contoh : Paru-Paru kita lebih cocok menghirup udara segar daripada asap rokok. Pada awal mulai merokok, kita merasakan ketidak enakan di Paru-paru dengan batuk-batuk. Tetapi kemudian bila asap rokok itu terus menerus dihirup lambat laun Paru-Paru menjadi terbiasa. Dan bila tindakan itu dilakukan berulang-ulang pengetahuan bahwa asap rokok itu tidak cocok dengan Paru-Paru menghilang, menjadi pengetahuan bahwa asap rokok itu nikmat. Padahal lambat laun Paru-Paru kita menjadi rusak.

Begitu juga dengan dosa (tidak melakukan perintah Allah). Pada dasarnya manusia diciptakan Allah untuk melakukan perintahNya. Tetapi karena kebiasaan manusia yang melawan Allah, maka pengetahuan umum menyatakan bahwa melakukan perintah Allah adalah sulit. Padahal Firman Tuhan Berkata :

Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti perintah-perintah-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat, (1 Yoh 5:3)

Tidaklah terlambat untuk merubah kebiasaan buruk kita, selama masih hidup dan keiginan yang kuat untuk melakukan kehendak Allah dengan melakukannya berulang-ulang semuanya akan mudah. Biarlah kita menjadi Garam dan Terang ditengah-tengah dunia yang Gelap ini.

Minggu, 01 Agustus 2010

Repetition is mother of skill

Keinginan untuk menjadi lebih baik adalah dambaan semua orang. Setiap manusia menginginkan peningkatan dalam kualitas hidupnya. Demikian juga TUHAN mengiginkan setiap manusia berubah menjadi lebih baik. Perubahan tersebut tidak bisa dengan sendirinya terjadi, perlu effort.

Secara sadar ataupun tidak sadar sebenarnya TUHAN sudah memberikan contoh yang kongkrit bagaimana seharusnya kita berubah. TUHAN tidak menciptakan manusia langsung menjadi manusia dewasa dan matang. Atau TUHAN tidak langsung memberikan kemampuan yang luar biasa pada setiap orang. TUHAN memberikan bekal dan potensi kemudian proses yang akan menguatkannya.

Melalui penciptaan waktu, dengan adanya siang dan malam yang berulang terus menerus, TUHAN ingin berbicara kepada kita manusia. Bahwa kematangan membutuhkan pengulangan. Kebiasaan yang baik terbentuk dari pengulangan-pengulangan tindakan yang baik. Tidak mungkin kita mempunyai skill yang kita dambakan bila tidak mau melakukan effort, berupa pengulangan tindakan untuk skill tersebut. Untuk melakukan pengulangan dibutuhkan komitmen dan keteguhan. Lakukanlah pengulangan tindakan yang baik niscaya akan menjadi kebiasaan yang baik.

Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun. Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu,dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu. (Ulangan 6:5-9)